Mojokerto - Fbinewsjatim.com
Ekskavasi situs cagar budaya Gemekan tahap 2 selesai Minggu (6/3/2022) kemarin. Ada beberapa temuan benda-benda penting selama ekskavasi tahap ke 2 ini seperti benda berbahan batu andesit, bujursangkar pipih yang dihipotesakan sebagai tutup dari sebuah wadah yang wadahnya sendiri belum ditemukan serta darpana atau cermin jaman kuno yang terbuat dari perunggu.
Untuk struktur candi saat ini sudah semakin kelihatan. Termasuk struktur pagar candi juga mulai nampak.
"Secara hipotesa candi itu dikelilingi oleh 2 pagar, saat ini sudah ketemu. Jadi candi di Gemekan ini, candi utama dengan indikasi ada altar atau candi perwara yang dikelilingi oleh 2 buah pagar. Jadi ada halaman 1, 2 dan 3. Yaitu jaba, jaba tengah, jero. Atau halaman profan, semi sakral dan sakral." ungkap M. Ichwan selaku ketua tim ekskavasi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur.
Masih menurut M. Ichwan situs Gemekan ini masih perlu ekskavasi tahap 3 untuk menampakkan pagar halaman sama penataan lingkungan. Sampai saat ini belum ada informasi tentang rencana ekskavasi lanjutan terhadap candi Gemekan ini. Tapi harapannya akan bisa segera ditindak lanjuti oleh Dinas terkait. Karena cagar budaya kan ya pemerintah, ya masyarakat. Pemerintah sendiri bisa Pusat dengan BPCB yang ada di daerah, bisa Propinsi atau Kabupaten. Sehingga konsep ekskavasi bisa diselesaikan sampai tuntas.
Terkait situs Gemekan atau candi Gemekan yang berada di Dusun Kedawung, Desa Gemekan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, bagi warga sekitar memiliki banyak cerita aneh. Salah satunya tentang orang-orang yang mendapatkan emas dan kejadian-kejadian yang tidak masuk nalar.
Sholeh (43) warga Desa Klinterejo mengatakan kalau dulu lahan yang ada situsnya itu dulu rata dengan jalan desa di sebelah utara. Kalau saat ini lahan di sekeliling situs itu punya kedalaman sekitar 2 meter itu karena tanahnya dipakai untuk produksi bata merah. Sholeh sendiri pada sekitar tahun 1998 pernah melakukan pembakaran produksi bata merahnya diatas situs itu. Ternyata yang tepat diatas situs bata merahnya tetap mentah. Setiap membakar produksi bata merah di tempat itu selalu mentah.
"Saya juga pernah tidur di situ. Padahal tidak ada bayi, tidak ada orang lain tapi aroma bedak bayi sangat menyengat." Cerita Sholeh
Lanjut Sholeh, ada juga orang yang mengambil 3 buah bata merah di situs tersebut. Esok paginya sangat ketakutan dan menyuruh anaknya segera mengembalikan di tempat semula. Malah meminta bantuan kepada Sholeh untuk mengembalikan nya.
Lain lagi dengan Pak Ngadiman (65) juga warga Desa Klinterejo menceritakan bahwa ada warga yang mendapatkan barang emas dari lokasi situs itu setelah mendapat petunjuk gaib.
Barangnya berbentuk wayang yaitu gunungan dan para Punakawan (Semar, Gareng, Petruk dan Bagong). Seketika ia menjadi kaya raya. Beli sepeda motor sekaligus 4. Tapi tak lama kemudian istrinya meninggal. Sekarang kekayaan nya juga habis dan matanya mengalami kebutaan.
Dalam kepercayaan masyarakat sekitar, bahwa barang-barang peninggalan jaman lampau yang terpendam tanah, terutama yang dibuat dari emas ada "penunggunya". Dikuasai makluk tak nampak mata. Maka jika barang itu di minta atau diberikan biasanya minta ganti sesuatu alias tumbal.
Ketika Pak Ngadiman ditanya seandainya diberikan barang-barang emas seperti itu dia menjawab dengan tegas tidak mau.
"Kalau saya dengan barang-barang seperti itu tidak kepingin. Biarpun datang ke rumah untuk diberikan. Masalahnya barang yang dikasih itu tidak seperti yang hasil keringat sendiri. Karena barang seperti itu punya efek entah itu pada diri sendiri atau keluarga. Contoh nya sudah banyak. Ada orang yang hidupnya prihatin. Selalu tidur di linggan (tempat pembakaran bata merah). Satu kali dia dalam mimpinya disuruh menggali di satu titik lokasi. Dan ketika titik lokasi itu digali ternyata disitu ada banyak barang-barang dari emas. Ia mendapatkan sekarung sehingga bisa buat beli beberapa truk. Tapi kenyataannya truknya berkali-kali nabrak. Sekarang kekayaannya habis." ungkap Pak Ngadiman.
Dari banyaknya kisah mengerikan pada orang-orang yang mendapatkan barang-barang berharga dari "pemberian" alam gaib, lalu dipertanyakan bagaimana dengan orang-orang yang dengan sengaja menjarah dan melakukan pengrusakan terhadap situs-situs cagar budaya peninggalan leluhur bangsa ini?
Ditilik dari kearifan budaya luhur bangsa ini, bahwa SIAPA MENABUR ANGIN, IA AKAN MENUAI BADAI. Siapa yang berbuat, dialah yang akan menanggung akibatnya. Perbuatan baik akan menuai kebaikan, perbuatan buruk akan menuai keburukan.
Sekarang pengharapannya adalah tidak ada lagi pengrusakan dan penjarahan terhadap situs-situs cagar budaya. Dengan alasan apapun. Karena ini merupakan jejak kebesaran leluhur bangsa.
(Agus Buyut)